Sejengkal jarak surya dengan cakrawala
Gurat merah segera pergi terganti gulita
Kalbu terpana hampa
Hati merana, merindu rumahnya
Hati kini telah terbolak balik oleh Empunya
Ujian tetiba datang kemudian hilang
Hati tak kuasa lalu kehilangan tiang
Hati merana, merindu rumahnya
Dan merahnya senja menyengat hati
Sekejap saja lalu sirna
Dan hati ini tetap merana, merindu rumahnya
Hati yang hampa
Betapa rapuh hingga ia penuh keluh
terlalu lelah kemudian kehilangan arah
Marah !
tak bisa taklukkan nafsu yang serakah
Hati ini merindu ingin kembali
Tapi sang kalbu sedang pergi
Mencari jati diri
Harus kemanakah ia
Hati yang merindu rumahnya
Dan kalbu mengadu pada pemiliknya,
di sela senja
Aku telah berlari kian kemari
Mencari kepingan hilang sang hati
Yang terkikis oleh titik noda dosa
Aku tau aku kini menjauh dari-Mu
Tapi tak adakah kesempatan kembali
Senja matahari kian sirna
Mengecil di ujung barat hingga hampir tak terlihat
Air mata mengalir di antara untaian kata,
tatkala kalbu mengadu pada pemiliknya
Aku memohon ketenangan agar aku dekat lagi
Dan agar hati yang lama menantiku pergi,
Dapat segera kembali pada rumahnya
Kalbu kini menemukan jati dirinya
Ia kian dekat dan lekat dengan pemiliknya
Damai menghiasi hari yang cepat berganti
Kemudian hati tiada lagi menanti
Hati kini tak merana telah temukan rumahnya
Ia belajar bersabar untuk suatu keindahan di akhir cerita
Ia menemukan ketulusan pada kalbu dalam penantian